Hari-hari saya dipenuhi dengan jurnal. Minimal ada empat-lima jurnal dan esai yang saya baca tiap hari. Rasa penasaran membuat saya mengulik bacaan dan profil si penulis. Biasanya saya melihat profil penulis di LinkedIn.
Ada dua penulis esai yang membuat saya kagum. Pertama adalah Agatha Malona, yang kedua yaitu Kezia Dwina Nathania. Agatha adalah lulusan Universitas Terbuka. Ia aktif menulis menyoal kebijakan publik. Menariknya, kampus yang sering dipandang remeh itu, tak menghalanginya melanjutkan studi ke Columbia University.
Ibnu Aman, salah seorang pakar ekonom di Bank Indonesia, pernah menyebutkan data kalau lulusan kampus kecil Indo itu cuma nol koma sekian persen untuk bisa melanjutkan studi ke Amerika. Sebagai ekonom, tentunya ia melihat angka dan data.
Agatha, jauh lebih kompleks dari angka yang kita bayangkan. Universitas Terbuka tidak proporsional dalam hitungan matematis. Ketekunan, belajar, dan disiplin adalah angka yang sering diabaikan. Sedang Agatha, merubah nol koma menjadi bilangan pangkat dan memperbesar kemungkinan.
Menyoal Kezia, saya suka dengan tulisan-tulisannya menyoal kebijakan internasional. Ia sedang berkuliah di Universitas Gadjah Mada, mengambil jurusan Public Relation. Tulisannya sangat lugas dan sistematis perihal Amerika Serikat. Ia sangat menohok menyoal peluang Indonesia dalam BRICS.
Sialnya, kedua nama itu tak akan kita jumpai dalam beranda TikTok. Ia muncul di website, google scholar, dan sejenisnya. Tempat literasi kurang diminati, sedang berjoget jamak di-tontoni.
+ There are no comments
Add yours