Dalam dunia One Piece, sejarah sebelum terbentuknya Pemerintah Dunia dan kekosongan kekuasaan merupakan bagian dari narasi yang sangat penting dan misterius.Sebelum terbentuknya Pemerintah Dunia, terdapat periode yang dikenal sebagai Void Century (Abad Kekosongan), yang berlangsung sekitar 800 hingga 900 tahun sebelum waktu yang terjadi dalam cerita. Selama periode ini, ada sebuah kerajaan besar yang dikenal dengan nama Kerajaan Kuno yang memiliki teknologi dan pengetahuan sangat maju. Namun, keberadaan kerajaan ini dan rincian tentang apa yang terjadi selama periode tersebut sangat dirahasiakan oleh Pemerintah Dunia.
Pemerintah Dunia yang terbentuk setelahnya berusaha untuk menutupi segala informasi yang terkait dengan Void Century. Mereka melarang penyelidikan tentang masa lalu ini dan menghapus hampir semua bukti sejarah yang ada, termasuk Poneglyphs (batu berukir yang berisi informasi tentang masa lalu). Hal ini menjadi salah satu misteri besar yang diungkapkan dalam cerita One Piece.
Setelah kejatuhan Kerajaan Kuno, beberapa kerajaan di dunia bersatu untuk membentuk Pemerintah Dunia sekitar 800 hingga 900 tahun yang lalu. Pembentukan ini dipimpin oleh 20 kerajaan yang sebelumnya merupakan bagian dari Kekaisaran Dunia yang lebih luas dan berkuasa. Mereka mendirikan Pemerintah Dunia sebagai entitas yang menyatukan kekuasaan global dan mengendalikan banyak wilayah di dunia, serta mendominasi dan mengatur banyak aspek kehidupan di dunia One Piece.
“Tahta Kosong” di Marijoa
Setelah kejatuhan Kerajaan Kuno, terbentuknya Pemerintah Dunia sekitar 800 hingga 900 tahun lalu yang dipimpin oleh 20 kerajaan pendiri menciptakan sebuah ironi historis yang terkristalisasi dalam simbol “Tahta Kosong” di Marijoa. Secara resmi, Tahta Kosong yang terletak di Marijoa, diklaim sebagai simbol bahwa tidak ada satu individupun yang memiliki kekuasaan absolut atas dunia. Pemerintah Dunia menyebarkan narasi bahwa 20 kerajaan pendiri menyerahkan kekuasaan mereka demi membentuk sistem yang setara dan adil, setiap keputusan politik diambil secara kolektif. Namun, kenyataannya, Imu-sama, sosok misterius yang bahkan ditakuti oleh Gorosei, adalah individu yang sebenarnya mengendalikan dunia dari balik bayangan. Fakta bahwa Imu-sama duduk di “Tahta Kosong” membuktikan bahwa seluruh sistem Pemerintah Dunia hanyalah kedok untuk menyembunyikan keberadaan seorang penguasa absolut.
Keberadaan Tahta Kosong berkaitan erat dengan Void Century, periode sejarah yang dihapus dari catatan dunia. Kerajaan Kuno yang dihancurkan oleh Pemerintah Dunia kemungkinan memiliki sistem pemerintahan yang berbeda dari yang ada saat ini—mungkin lebih adil atau lebih berorientasi pada kebebasan. Setelah perang besar yang mengakhiri era tersebut, Pemerintah Dunia yang dibentuk oleh 20 kerajaan pemenang menciptakan ilusi bahwa tidak ada raja tunggal dengan mendirikan Tahta Kosong. Namun, di balik layar, Imu-sama tetap mengendalikan dunia, menciptakan struktur kekuasaan yang tidak terlihat. Seperti sejarah yang dihapus, keberadaan Imu-sama dan kebenaran tentang siapa yang benar-benar menguasai dunia juga disembunyikan.
Demokrasi dan kekuasaan
Demokrasi dalam politik pada dasarnya adalah soal kekuasaan, tak jauh berbeda dengan apa yang tergambar dalam narasi One Piece. Seperti halnya “Tahta Kosong” yang menjadi simbol pembagian kekuasaan yang adil namun ternyata hanya fasad.
Dalam sistem demokrasi, konon katanya kekuasaan diklaim berada di tangan rakyat. Namun, inilah yang menjadi masalah utama dalam konsep sovereignty (kedaulatan) dalam demokrasi. Menurut Jacques Derrida, kedaulatan dalam demokrasi berkaitan dengan konsep kekuasaan dan otoritas yang bersifat mendalam dan seringkali paradoksal. Derrida menganggap kedaulatan dalam demokrasi tidak hanya sebagai sesuatu yang tetap dan jelas, tetapi lebih sebagai suatu konstruksi yang terhubung dengan ketegangan antara yang terlihat dan yang tersembunyi, antara kekuasaan yang jelas dan yang tidak jelas. Ketika dikatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, pertanyaan yang muncul adalah siapa sebenarnya yang dimaksud dengan “rakyat”? Apakah itu partai politik, mayoritas yang memilih dalam pemilu, ataukah lebih kepada seluruh warga negara yang memiliki hak dan suara, meskipun tidak semuanya terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan?
Menurut Derida, konsep sovereignty dalam demokrasi seringkali dihadapkan pada ketegangan antara ideal demokrasi yang inklusif dan pluralistik dengan kenyataan politik yang sering kali tidak dapat mewujudkan kedaulatan rakyat secara utuh. Layaknya Imu sama sang penguasa di balik bayangan, meskipun demokrasi mengklaim memberikan kekuasaan kepada rakyat, namun dalam prakteknya demokrasi seringkali lebih banyak dipengaruhi oleh elit politik, kepentingan korporat, atau struktur kekuasaan yang sudah mapan.
Jacques Derrida menyatakan bahwa konsep kedaulatan dalam demokrasi adalah sesuatu yang tidak pernah sepenuhnya terealisasi. Bagi Derrida, kedaulatan tidak hanya sekadar soal siapa yang memegang kekuasaan, tetapi juga tentang bagaimana kekuasaan tersebut dijalankan, bagaimana ia diklaim, dan apa yang tersembunyi di balik klaim-klaim kedaulatan tersebut. Dalam konsepnya, kedaulatan selalu mengandung suatu paradoks—ia tampak mutlak dan sah, tetapi di saat yang sama juga rapuh, bergantung pada simbolisme, mitos, dan rekayasa politik untuk mempertahankan legitimasinya.
Paradoks ini secara ironis tergambar dalam “Tahta Kosong” di Marijoa dalam dunia One Piece. Secara resmi, Pemerintah Dunia menegaskan bahwa tidak ada satu individu pun yang benar-benar berkuasa secara absolut. Tahta kosong di Marijoa menjadi simbol bahwa tidak ada raja tunggal yang memegang kendali atas dunia—sebuah klaim yang tampak demokratis dan inklusif, seolah menegaskan bahwa kekuasaan tidak dimonopoli oleh satu orang atau satu entitas tertentu. Namun, di balik simbolisme tersebut, sebuah realitas yang bertentangan tersembunyi: sesungguhnya Imu sama memiliki kuasa mutlak untuk mengatur seluruh dunia dari balik bayang-bayang.
Baca lebih banyak lagi, di sini!